Sinonim : Contagious equine metritis organism (CEMO), Haemopilus equigenitalis, taylorella equigenitalis.
Contagious equine metritis (CEM) adalah penyakit kelamin yang akut, sangat menular pada kuda dan equidae lainnya serta mempengaruhi fertilitas. Sifatnya tidak sistemik terutama menyerang sistem reproduksi kuda betina dan biasanya menyebabkan kemajiran sementara. Gejala utama adanya cairan vagina yang mukopurlenta. Penyembuhan tidak sempurna, tetapi menunjukan gejala asimptomatis yang lama pada kuda-kuda betina. Penyebaran penyakit terutama disebabkan oleh hubungan kelamin dengan induk yang carrier.
ETIOLOGI
Penyebab Contagious equine metritis (CEM) pada mulanya disebut Contagious equine metritis organism (CEMO), kemudian Haemophilus equigenitalis dan terakhir Taylorela equigonitalis.
Pertumbuhan Thylorella equigenitalis membutuhkan waktu minimal 48 jam bisa sampai 13 hari tetapi biasanya tidak lebih 6 hari pada temperatur 370C di media darah yang dipanasi dan diinkubasi dalam kondisi mengandung CO2 5-10%. Koloni sangat kecil, diameter 2-3 mm, berwarna abu-abu kekuningan, halus dan tepi rata. Tumbuh baik pada media peptone chocolate agar, Gram negatif, kecil, bentuk batang pendek, kadang pleomorfik, bipoler, acid fast, non motil, katalase, fosfat dan oksidase positif. Tidak bereaksi atau negatif terhadap berbagai standar pengujian bakteriologi.
Contagious equine metritis (CEM) adalah penyakit kelamin yang akut, sangat menular pada kuda dan equidae lainnya serta mempengaruhi fertilitas. Sifatnya tidak sistemik terutama menyerang sistem reproduksi kuda betina dan biasanya menyebabkan kemajiran sementara. Gejala utama adanya cairan vagina yang mukopurlenta. Penyembuhan tidak sempurna, tetapi menunjukan gejala asimptomatis yang lama pada kuda-kuda betina. Penyebaran penyakit terutama disebabkan oleh hubungan kelamin dengan induk yang carrier.
ETIOLOGI
Penyebab Contagious equine metritis (CEM) pada mulanya disebut Contagious equine metritis organism (CEMO), kemudian Haemophilus equigenitalis dan terakhir Taylorela equigonitalis.
Pertumbuhan Thylorella equigenitalis membutuhkan waktu minimal 48 jam bisa sampai 13 hari tetapi biasanya tidak lebih 6 hari pada temperatur 370C di media darah yang dipanasi dan diinkubasi dalam kondisi mengandung CO2 5-10%. Koloni sangat kecil, diameter 2-3 mm, berwarna abu-abu kekuningan, halus dan tepi rata. Tumbuh baik pada media peptone chocolate agar, Gram negatif, kecil, bentuk batang pendek, kadang pleomorfik, bipoler, acid fast, non motil, katalase, fosfat dan oksidase positif. Tidak bereaksi atau negatif terhadap berbagai standar pengujian bakteriologi.
Kuda betina dapat menderita lebih dari satu kali dalam satu periode waktu yang pendek dan antibodi timbul dengan cepat sehingga tidak dapat dideteksi dalam waktu singkat setelah sembuh. Kebanyakan kuda betina tidak sembuh total tetapi kadang menjadi karier beberapa bulan. Pada induk yang karier maka bakteri mengumpul di selaput saluran genital, sinus dan fossa clitoris juga pada urethra dan serviks. Anak yang lahir dari induk yang karier dapat juga menjadi karier.
EPIDEMIOLOGI
Spesies Rentan
Semua kuda dan sebangsanya peka terhadap penyakit CEM. Kejadian secara alami telah dilaporkan pada kuda. Keledai dapat terinfeksi dalam kondisi eksperimental. Upaya untuk menginfeksi sapi, babi, domba dan kucing tidak berhasil, tetapi beberapa tikus laboratorium dapat terinfeksi dengan inokulasi intrauterin.
Pengaruh Lingkungan
Kuda betina yang terinfeksi akan dapat menginfeksi hampir semua kuda betina lainnya dalam peternakan kuda. Kuda betina dapat menderita lebih dari satu kali dalam periode waktu yang pendek setelah sembuh dari penyakit yang aktif.
Sifat penyakit
Penyakit CEM ini dapat bersifat karier dan endemis pada peternakan kuda. Anak yang lahir dari induk yang karier dapat juga menjadi karier.
Cara Penularan
Penyebaran penyakit paling sering disebabkan oleh karena adanya hubungan kelamin dengan induk karier yang asimptomatis. Penularan disamping melalui alat kelamin, dapat juga secara mekanis melalui petugas yang menangani dan memeriksa kuda jantan atau betina yang terinfeksi.
Perlakuan yang tidak higienis selama pembersihan dan pemeriksaan alat kelamin kuda dapat menyebabkan terjadinya penularan, untuk itu diperlukan perlakuan yang aseptis. Kuda betina yang terinfeksi akan menginfeksi hampir semua kuda betina lainnya. Kuda betina yang menderita lebih dari satu kali dalam periode waktu yang pendek, antibodi yang ada pada serum dapat timbul cepat sehingga tidak dapat terdeteksi dalam waktu singkat setelah sembuh dari penyakit yang aktif.
PENGENALAN PENYAKIT
Gejala Klinis
Gejala klinis CEM mulai muncul 1-6 hari pasca infeksi atau sampai 80 hari. Setelah tertular pada kuda betina akan mengeluarkan cairan mukopurulenta tanpa bau dari saluran genital. Pada kasus berat, cairannya akan banyak sekali, bila kasusnya ringan cairan putih keabuan hanya sedikit terkumpul di dasar vagina pada mukosa vagina. Biasanya sekresi akan hilang setelah 3-4 minggu, dan kuda dapat kembali estrus dalam beberapa hari setelah infeksi. Penyakit dapat mengakibatkan infertilitas dan aborsi dini. Gejala yang nyata akibat CEM tidak terlihat pada kuda jantan.
Cairan mukopurulenta pada kuda betina akibat Metritis
Infeksi ditandai adanya endometiris, servisitis dan vaginitis. Sering keluar cairan mukopurulenta 2-10 hari setelah perkawinan dan mungkin terlihat keluar dari vulva, membasahi bagian belakang tubuh hewan dan mengotori ekor. Kuda yang menderita parah akan mengakibatkan metritis kronis dan menyebabkan terjadinya infertilitas.
Patologi
Perubahan patologis menunjukkan pembesaran yang bervariasi dari uterus dan adanya sedikit cairan keabu-abuan, endometritis dan perusakan endometrium pada bagian epitel, pembesaran serta pembengkakan uterus.
Ditemukan banyak leukosit polimorfonukleus (polymorphonuclear leucocytes) dan epithel degenerasi pada smear serviks. Pemeriksaan mikroskopis akan terlihat bakteri Gram negatif di dalam dan di luar sel. Tidak ditemukan adanya Iesi di luar organ genital.
Diagnosa
Bila terlihat gejala klinis setelah musim kawin, dapat ditandai dengan adanya estrus kembali dan adanya sekresi pada saluran genital. Antibodi tidak spesifik terhadap gejala klinis penyakit ini, tidak ada pada serum induk atau pejantan yang karier, sehingga pengujian serologis tidak praktis. Tidak ada uji serologis yang cocok untuk kontrol dan mendeteksi penyakit ini.
Bermacam-macam uji serotipe telah dikembangkan mulai dari slide agglutination sampai dengan direct dan indirect immunofluorescense. Masing-masing metoda mempunyai keuntungan dan kerugian, kelemahan uji aglutinasi kadang terjadi autoglutinasi bila dibiakkan dalam udara yang mengandung CO2, sebaliknya bila dalam wadah berlilin (candle jar) dapat mengurangi autoglutinasi. Dianjurkan menggunakan immunofluorescense untuk aktifasi autoglutinasi, tetapi uji ini dapat bereaksi silang dengan organisme lain seperti Pasteurella haemolytica, sehingga perlu diulangi dengan menggunakan antisentrum yang telah diserap.
Perubahan patologis menunjukkan pembesaran yang bervariasi dari uterus dan adanya sedikit cairan keabu-abuan, endometritis dan perusakan endometrium pada bagian epitel, pembesaran serta pembengkakan uterus.
Ditemukan banyak leukosit polimorfonukleus (polymorphonuclear leucocytes) dan epithel degenerasi pada smear serviks. Pemeriksaan mikroskopis akan terlihat bakteri Gram negatif di dalam dan di luar sel. Tidak ditemukan adanya Iesi di luar organ genital.
Diagnosa
Bila terlihat gejala klinis setelah musim kawin, dapat ditandai dengan adanya estrus kembali dan adanya sekresi pada saluran genital. Antibodi tidak spesifik terhadap gejala klinis penyakit ini, tidak ada pada serum induk atau pejantan yang karier, sehingga pengujian serologis tidak praktis. Tidak ada uji serologis yang cocok untuk kontrol dan mendeteksi penyakit ini.
Bermacam-macam uji serotipe telah dikembangkan mulai dari slide agglutination sampai dengan direct dan indirect immunofluorescense. Masing-masing metoda mempunyai keuntungan dan kerugian, kelemahan uji aglutinasi kadang terjadi autoglutinasi bila dibiakkan dalam udara yang mengandung CO2, sebaliknya bila dalam wadah berlilin (candle jar) dapat mengurangi autoglutinasi. Dianjurkan menggunakan immunofluorescense untuk aktifasi autoglutinasi, tetapi uji ini dapat bereaksi silang dengan organisme lain seperti Pasteurella haemolytica, sehingga perlu diulangi dengan menggunakan antisentrum yang telah diserap.
Identifikasi dapat pula dilakukan dengan Kit latex aglutinasi untuk antigen Taylorella equigenitalis. Metoda PCR (Polymerase Chain Reaction) telah digunakan untuk mendeteksi Taylorella equigenitalis dan telah dibandingkan dengan berbagai metoda kultur lainnya. Pengujian serologis dengan ELISA atau Serum Aglutination, CFT dan AGID, pengujian ini bagus untuk kuda 6-10 minggu setelah infeksi, tetapi meragukan untuk pengujian pada hewan karier.
Diagnosa Banding
Ada dua infeksi alat kelamin yang paling umum pada kuda betina yang dapat mengacaukan diagnosa yaitu yang disebabkan oleh Klebsiella penumoniae dan Pseudomonas aeroginosa. Selain itu juga dilaporkan akibat bakteri lain seperti Streptococcus zooepidemicus, Streptococcosis dan Microccosis. Diagnosa harus dikonfirmasikan dengan isolasi penyebabnya berupa organisme Gram negatif dengan bentuk batang pendek.
PENGENDALIAN
Pengobatan
Penggunaan larutan chlorhexidine gluconate tidak lebih 0,25% untuk irigasi uterus. Penggunaan larutan chlorhexidine gluiconate 2% tiga kali sehari terhadap penis kuda arab tidak menyebabkan iritasi.
Penggunaan gentamicin sulfat lebih baik dari pada ampicilin atau kombinasi sodium benzyl penicillin dan polymixin B sulphate.
Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan
Pemusnahan bakteri Taylorella equigenitalis dapat dilakukan dengan penyucihamaan disertai pengobatan dengan antibiotik secara lokal dan sistemik, tetapi dengan vaksinasi tidak efektif. Pada prinsipnya untuk mengontroI penyebaran penyakit ini adalah dengan memastikan bahwa tidak ada infeksi sebelum pembibitan dilaksanakan. Belum ada vaksin yang efektif dapat mencegah infeksi CEM atau untuk mencegah kolonisasi Taylorella equigenitalis.
F. DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2011. The Merck Veterinary Manual 11th Edition, Merek & CO, Inc Rahway, New Jersey, USA.
Anonim 2004. Bovine Medicine Diseases and Husbandry of Cattle 2nd Edition. Andrews AH, Blowey RW, Boyd H, Eddy RG Ed. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing Company Australia.
Direktur Kesehatan Hewan, 2002. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
Plumb DC 1999. Veterinary Drug Handbook. 3rd Edition. Iowa State University Press Ames.
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJC, Leonard FC and Maghire D 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing Company Australia.
Radostids OM and DC Blood 1989. Veterinary Medicine A Text Book of the Disease of Cattle, Sheep, Pigs, Goats and Horses. 7th Edition. Bailiere Tindall. London England.
Smith BP 2002. Large Animal Internal Medicine. Mosby An Affiliate of Elsevier Science, St Louis London Philadelphia Sydney Toronto.
Subronto dan Tjahajati 2008. Ilmu Penyakit Ternak III (Mamalia) Farmakologi Veteriner: Farmakodinami dan Farmakokinesis Farmakologi Klinis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Indonesia.
Subronto 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-b (Mamalia) Penyakit Kulit (Integumentum) Penyakit-penyakit Bakterial, Viral, Klamidial, dan Prion. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Indonesia.