Sinonim : Chick Bronchitis, Gasping Disease
Infectious Bronchitis (IB) adalah penyakit pernapasan akut dan sangat menular pada ayam. Penyakit ini ditandai dengan adanya gejala pernapasan, seperti terengah-engah, batuk, bersin, ngorok, dan keluarnya sekresi hidung. Pada ayam muda, gangguan pernapasan parah dapat terjadi, sedangkan pada layer, dapat terjadi gangguan pernapasan, penurunan produksi telur, dan penurunan kualitas telur. Beberapa strain dilaporkan menyebabkan kerusakan pada ginjal, saluran reproduksi dan saluran pencernaan.
Penyakit ini pertama kali dijelaskan pada 1931 di sekawanan ayam muda di
Amerika Serikat. Sejak saat itu, penyakit ini telah diidentifikasi pada
broiler, layer dan breeder di seluruh dunia. Vaksin untuk membantu
mengurangi kerugian pada ayam pertama kali digunakan pada tahun 1950.
ETIOLOGI
Virus IB tergolong genus coronavirus dari family Coronaviridae. Virus IB termasuk virus ss-RNA, berbentuk spherik atau pleomorfik dengan diameter 90-200 nm, diselubungi kapsid bentuk simetri heliks dan beramplop yang terdiri dari lipoprotein.
Virus IB dengan panjang genom 27,6 Kb, yang tersusun atas 5’UTR-polymerase gen –(S-E-M-N)-UTR’3 menyandi 6 protein, yakni S (spike) glycoprotein, M (membrane/matrix), N (nucleocapsid) dan E (envelope). Protein S merupakan protein penting yang memiliki banyak fungsi, antara lain mampu memicu timbulnya antibodi netralisasi dan hambatan hemaglutinasi, penentu serotipe spesifik dan mampu menimbulkan protektivitas, serta dapat digunakan untuk mengklasifikasi virus. Protein S (terdiri 500-600 asam amino) merupakan protein attachment yang akan menempel ke reseptor seluler dan mengaktifkan fusi ke membran sel, serta melepas viral genom ke dalam sel Protein M akan berinteraksi dengan protein S dan N (420 asam amino) membentuk virion dan memainkan peran penting pada assembly, budding dan maturation virus. Protein E (100 asam amino) hanya sedikit perannya, yakni sebagai titik kritis pada viral budding dan apoptosis.
EPIDEMIOLOGI
1. Sifat Alami Agen
Virus IB memliki banyak genotype, serotype, strain dan varian yang berbeda secara antigenik, tetapi ada serotype virus IB yang dapat melindungi terhadap beragai varian yang ada. Sifat ini disebut protectotype atau immnunotype. Contoh protectotype adalah serotype Massachusetts. Serotype Massachusetts mewakili protectotype paling penting karena memiliki kemampuan untuk saling melindungi terhadap sejumlah virus yang termasuk serotipe atau genotipe yang berbeda.
Virus IB diketahui gampang bermutasi secara cepat. Sampai saat ini telah diketahui terdapat 7 genotype dan sekitar 100 serotype. Perbedaan antar serotype dapat mencapai 20-25%, sedangkan di antara serotype perbedaan dapat mencapai 50%. Perubahan genetik virus IB dapat terjadi melalui mutasi titik, insersi, delesi ataupun rekombinasi. Tiga penyebab utama mutasi menyebabkan terjadinya genetic drift, sedangkan rekombinasi menyebabkan terjadinya genetic shift.
Virus IB diketahui gampang bermutasi secara cepat. Sampai saat ini telah diketahui terdapat 7 genotype dan sekitar 100 serotype. Perbedaan antar serotype dapat mencapai 20-25%, sedangkan di antara serotype perbedaan dapat mencapai 50%. Perubahan genetik virus IB dapat terjadi melalui mutasi titik, insersi, delesi ataupun rekombinasi. Tiga penyebab utama mutasi menyebabkan terjadinya genetic drift, sedangkan rekombinasi menyebabkan terjadinya genetic shift.
2. Spesies Rentan
Spesies rentan terhadap penyakit IB hanyalah ayam, baik broiler ataupun layer, tetapi pernah dilaporkan kejadian pada itik dan burung liar.
3. Sifat Penyakit
Virus IB pada awal penularan menginfeksi dan bereplikasi di dalam saluran pernapasan atas menyebabkan hilangnya sel pelindung yang melapisi sinus dan trakea. Setelah viremia singkat, virus dapat dideteksi pada ginjal, saluran reproduksi, dan jaringan imfoid (sekal tonsil). Beberapa strain IBV, yang disebut sebagai nephropathogenic diketahui menyebabkan lesi pada ginjal.
4. Cara Penularan
Virus IB menyebar melalui rute pernapasan (droplet) yang dikeluarkan selama batuk atau bersin dan juga dieksresi lewat feses. Penyebaran penyakit melalui kawanan unggas dalam satu flock sangat cepat. Masa inkubasi relatif pendek antara 18 – 36 jam. Sehari pasca infeksi, virus dapat dideteksi pada trachea, ginjal dan oviduct. Sampai hari ke -13 virus masih dapat dideteksi pada paru, trachea, ovarium dan oviduct. Sampai hari ke-21 virus masih dapat ditemukan pada ginjal, sedangkan pada sekal tonsil virus masih dapat dideteksi sampai hari ke-30. Transmisi dari peternakan ke peternakan dihubungkan dengan mobilitas orang, peralatan, bahan organik, air minum dan kendaraan yang terkontaminasi. Penularan secara vertikal belum terbukti, tetapi telur yang terkontaminasi virus IB yang menempel pada kerabang telur dapat menjadi sumber penularan di hactchery. Setelah infeksi, ayam dapat bertindak sebagai carrier dan mengeluarkan virus selama beberapa minggu.
4. Cara Penularan
Virus IB menyebar melalui rute pernapasan (droplet) yang dikeluarkan selama batuk atau bersin dan juga dieksresi lewat feses. Penyebaran penyakit melalui kawanan unggas dalam satu flock sangat cepat. Masa inkubasi relatif pendek antara 18 – 36 jam. Sehari pasca infeksi, virus dapat dideteksi pada trachea, ginjal dan oviduct. Sampai hari ke -13 virus masih dapat dideteksi pada paru, trachea, ovarium dan oviduct. Sampai hari ke-21 virus masih dapat ditemukan pada ginjal, sedangkan pada sekal tonsil virus masih dapat dideteksi sampai hari ke-30. Transmisi dari peternakan ke peternakan dihubungkan dengan mobilitas orang, peralatan, bahan organik, air minum dan kendaraan yang terkontaminasi. Penularan secara vertikal belum terbukti, tetapi telur yang terkontaminasi virus IB yang menempel pada kerabang telur dapat menjadi sumber penularan di hactchery. Setelah infeksi, ayam dapat bertindak sebagai carrier dan mengeluarkan virus selama beberapa minggu.
PENGENALAN PENYAKIT
1. Gejala Klinis
1. Gejala Klinis
Gejala klinis pada anak ayam ditandai dengan batuk, bersin, ngorok, keluar leleran hidung dan eksudat berbuih di mata. Anak ayam yang terkena tampak tertekan dan akan cenderung meringkuk di dekat sumber panas. Gejala klinis muncul dalam waktu 36 sampai 48 jam. Penyakit klinis biasanya akan berlangsung selama 7 hari. Kematian biasanya sangat rendah, kecuali adanya infeksi sekunder oleh Mycoplasma gallisepticum atau terkait faktor imunosupresi dan kualitas udara yang buruk. Mortalitas pada anak ayam biasanya 25-30%, tetapi pada beberapa kasus dapat mencapai 75%.
Pada ayam dewasa atau layer gejala klinis tampak seperti batuk, bersin dan ngorok dapat diamati. Penurunan produksi telur dari 5 sampai 10% yang berlangsung selama 10 sampai 14 hari umumnya dilaporkan. Namun, jika terkait faktor lain, penurunan produksi dapat mencapai 50%.
Telur yang dihasilkan memiliki kerabang tipis, dan bentuk telur tidak teratur, serta albumin encer. Pada umumnya kulit telur dapat kehilangan pigmen coklat. Dalam kasus yang parah, ayam dapat menunjukkan airsacculitis. Ayam yang mengalami reaksi post-vaksinasi setelah vaksinasi atau infeksi lapangan selama dua minggu pertama kehidupan mungkin akan mengalami kerusakan permanen pada saluran telur, sehingga produksi menjadi rendah. Gejala nephropathogenik menjadi lebih umum dalam kelompok layer. Strain ini dapat menyebabkan kematian tinggi selama infeksi atau lama setelah sebagai akibat dari kerusakan ginjal yang berkembang menjadi urolitiasis.
Pada ayam dewasa atau layer gejala klinis tampak seperti batuk, bersin dan ngorok dapat diamati. Penurunan produksi telur dari 5 sampai 10% yang berlangsung selama 10 sampai 14 hari umumnya dilaporkan. Namun, jika terkait faktor lain, penurunan produksi dapat mencapai 50%.
Telur yang dihasilkan memiliki kerabang tipis, dan bentuk telur tidak teratur, serta albumin encer. Pada umumnya kulit telur dapat kehilangan pigmen coklat. Dalam kasus yang parah, ayam dapat menunjukkan airsacculitis. Ayam yang mengalami reaksi post-vaksinasi setelah vaksinasi atau infeksi lapangan selama dua minggu pertama kehidupan mungkin akan mengalami kerusakan permanen pada saluran telur, sehingga produksi menjadi rendah. Gejala nephropathogenik menjadi lebih umum dalam kelompok layer. Strain ini dapat menyebabkan kematian tinggi selama infeksi atau lama setelah sebagai akibat dari kerusakan ginjal yang berkembang menjadi urolitiasis.
a. b.
c. d.Gambar : a dan b) IB Bentuk Pernafasan, c) IB Bentuk Penguin (Pencernaan), d) bentuk telur abnormal dengan kerabang tipis.
2. Patologi
Patologis-anatomis terkait dengan IB bentuk pernafasan yakni adanya radang saluran pernapasan bagian atas. IB bentuk ginjal ditandai dengan kerusakan ginjal sebagai akibat infeksi dengan strain nephropathogenic. Ginjal ayam yang terkena akan pucat dan bengkak. Penimbunan asam urat dapat diamati dalam jaringan ginjal dan dalam ureter, yang mungkin tersumbat. Pada bentuk reproduksi yang terjadai pada layer, material kuning telur dalam rongga tubuh akan berkembang menjadi encer di dalam ovarium. Infeksi pada anak ayam sangat muda dapat mengakibatkan perkembangan cystic dalam oviduct. Pada IB bentuk Penguin ditunjukkan adanya sistik oviduct yang bisa berisi cairan lebih dari 1 liter atau parsial atrofik dengan dilatasi kistik yang besar. Dinding oviduct menjadi tipis dan transparan pada area sistik. Ovarium terlihat normal dan tetap berfungsi.
c. d.
3. Diagnosa
Diagnosa secara serologis dapat dilakukan dengan menguji sepasang serum (paired sera) yang duiambil pada saat gejala klinis muncul (acute) dan pada fase penyembuhan (convaslescens) 3,5 – 4 minggu kemudian. Antibodi dapat dideteksi 7-14 hari pasca infeksi. Uji yang umum dilakukan adalah enzyme immunosorbent assay (ELISA), agar gel precipitation test (AGPT), virus neutralization (VN), fluorescence antibody technique (FAT), haemagglutination inhibition (HI) dan Immunohistochemistry (IHC). Isolasi virus IB dilakukan pada telur ayam berembrio (TAB) yang specific pathogen free (SPF) umur 9 sampai 11 hari melalui rute kantung alantois. TAB diperiksa pada 7 hari setelah inokulasi dapat menunjukkan kekerdilan dengan kaki keriting dan kelebihan urat di ginjal. Embrio yang terinfeksi virus IB tidak akan bisa menertas. Membran amnion dan allantois tampak menebal yang terkait dengan embrio. Lesi pada embrio sangat membantu dalam mendiagnosis IB. Virus IB lapangan memerlukan pasase berulang untuk dapat menunjukkan gejala spesifik.
Identifikasi virus dapat dilakukan secara serologis atau secara molekuler dengan polymerase chain reaction (PCR) dan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dan sekuensing nukleotida. Uji VN digunakan untuk penentuan serotype, sedangkan , sekuensing dan RFLP telah digunakan untuk membedakan genotyping virus IB.
Fenner, FJ 1993. Veterinary Virology. Second Edition. Academic Press. Inc, San
Diego. California.
Kementan, 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia
Tabbu, CR. 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal dan Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.
Gambar : Perubahan Patologi-anatomis ayam penderita IB. a) IB bentuk pernafasan, trachea terlihat hyperemia dan ptechiae, b) IB bentuk nephropathogenic, ginjal tampak pucat dan membesar, serta tampak timbunan asam urat pada ureter, c) IB bentuk Proventriculus (Penguin), tampak rongga abdomen terisi cairan sebagai akibat kista pada oviduct. dan d) IB bentuk reproduksi, tampak kista di dalam oviduct dan kuning telur dalam rongga abdomen.
3. Diagnosa
Diagnosa secara serologis dapat dilakukan dengan menguji sepasang serum (paired sera) yang duiambil pada saat gejala klinis muncul (acute) dan pada fase penyembuhan (convaslescens) 3,5 – 4 minggu kemudian. Antibodi dapat dideteksi 7-14 hari pasca infeksi. Uji yang umum dilakukan adalah enzyme immunosorbent assay (ELISA), agar gel precipitation test (AGPT), virus neutralization (VN), fluorescence antibody technique (FAT), haemagglutination inhibition (HI) dan Immunohistochemistry (IHC). Isolasi virus IB dilakukan pada telur ayam berembrio (TAB) yang specific pathogen free (SPF) umur 9 sampai 11 hari melalui rute kantung alantois. TAB diperiksa pada 7 hari setelah inokulasi dapat menunjukkan kekerdilan dengan kaki keriting dan kelebihan urat di ginjal. Embrio yang terinfeksi virus IB tidak akan bisa menertas. Membran amnion dan allantois tampak menebal yang terkait dengan embrio. Lesi pada embrio sangat membantu dalam mendiagnosis IB. Virus IB lapangan memerlukan pasase berulang untuk dapat menunjukkan gejala spesifik.
Identifikasi virus dapat dilakukan secara serologis atau secara molekuler dengan polymerase chain reaction (PCR) dan restriction fragment length polymorphism (RFLP) dan sekuensing nukleotida. Uji VN digunakan untuk penentuan serotype, sedangkan , sekuensing dan RFLP telah digunakan untuk membedakan genotyping virus IB.
Gambar : Hasil isolasi virus IB pada TAB. Embrio tampak kerdil.
4. Diagnosa BandingIB seringkali dikelirukan dengan ILT, ND, Mycoplasma gallisepticum dan Snot berdasarkan gejala pernafasan. Berdasarkan bentuk telur ada kemiripan dengan infeksi virus EDS.
5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Jaringan yang direkomendasikan untuk upaya isolasi virus dari ayam yang sakit adalah trakea, paru, airsacs, ginjal, dan sekal tonsil. Jika sampel yang dikumpulkan lebih dari 1 minggu setelah infeksi, sekal tonsil dan ginjal adalah organ yang lebih disukai untuk usaha isolasi virus.
Untuk tujuan isolasi dan identifikasi virus, pengambilan spesimen dilakukan dalam kondisi segar dan dingin, sedangkan untuk pengujian histopatologi dan IHC spesimen diberi pengawet (mis: buffer formalin 10%). Sampel dikirim ke Laboratorium Veteriner.
5. Pengambilan dan Pengiriman Spesimen
Jaringan yang direkomendasikan untuk upaya isolasi virus dari ayam yang sakit adalah trakea, paru, airsacs, ginjal, dan sekal tonsil. Jika sampel yang dikumpulkan lebih dari 1 minggu setelah infeksi, sekal tonsil dan ginjal adalah organ yang lebih disukai untuk usaha isolasi virus.
Untuk tujuan isolasi dan identifikasi virus, pengambilan spesimen dilakukan dalam kondisi segar dan dingin, sedangkan untuk pengujian histopatologi dan IHC spesimen diberi pengawet (mis: buffer formalin 10%). Sampel dikirim ke Laboratorium Veteriner.
PENGENDALIAN
1. Pengobatan
Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infectious bronchitis. Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta mencegah infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.
2. Pelaporan dan Pencegahan a. Pelaporan
Jika ditemukan kasus IB dapat dilaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait dan selanjutnya diteruskan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Peneguhan diagnosa dilakukan oleh Laboratorium Veteriner terakreditasi.
b. Pencegahan
Vaksinasi dilakukan secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin atau didasarkan atas hasil uji titer antibodi. Sebagai garis pertahanan kedua, ayam di daerah masalah IB harus divaksinasi dengan vaksin hidup yang dimodifikasi untuk memberikan perlindungan.
Banyaknya serotipe diidentifikasi di lapangan menjadi tantangan dalam merancang program vaksinasi yang efektif. Supaya dapat melindungi ayam terhadap serotype tertentu, diperlukan identifikasi serotipe yang ada di wilayah tersebut serta untuk menentukan potensi lintas perlindungan dari vaksin yang tersedia.
Pencegahan IB yang terbaik dicapai melalui program biosekuriti yang efektif antara lain dengan cara melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang.
Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”.
1. Pengobatan
Belum ditemukan obat yang dapat menyembuhkan infectious bronchitis. Usaha yang dapat dilakukan adalah membuat kondisi badan ayam cepat membaik dan merangsang nafsu makannya dengan memberikan tambahan vitamin dan mineral, serta mencegah infeksi sekunder dengan pemberian antibiotik. Dapat pula diberikan pemanasan tambahan pada kandang.
2. Pelaporan dan Pencegahan a. Pelaporan
Jika ditemukan kasus IB dapat dilaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi Peternakan dan Kesehatan Hewan terkait dan selanjutnya diteruskan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. Peneguhan diagnosa dilakukan oleh Laboratorium Veteriner terakreditasi.
b. Pencegahan
Vaksinasi dilakukan secara teratur sesuai dengan petunjuk pembuat vaksin atau didasarkan atas hasil uji titer antibodi. Sebagai garis pertahanan kedua, ayam di daerah masalah IB harus divaksinasi dengan vaksin hidup yang dimodifikasi untuk memberikan perlindungan.
Banyaknya serotipe diidentifikasi di lapangan menjadi tantangan dalam merancang program vaksinasi yang efektif. Supaya dapat melindungi ayam terhadap serotype tertentu, diperlukan identifikasi serotipe yang ada di wilayah tersebut serta untuk menentukan potensi lintas perlindungan dari vaksin yang tersedia.
Pencegahan IB yang terbaik dicapai melalui program biosekuriti yang efektif antara lain dengan cara melakukan sanitasi kandang dan lingkungan termasuk mencegah banyak tamu dan hewan liar masuk kandang.
Usaha peternakan dikelola dengan baik sehingga memungkinkan suasana nyaman bagi ayam, antara lain : jumlah ayam pada suatu luasan kandang tidak terlalu padat, ventilasi kandang cukup dan sedapat mungkin dilakukan sistem “all in all out”.
DAFTAR PUSTAKA
Fenner, FJ 1993. Veterinary Virology. Second Edition. Academic Press. Inc, San
Diego. California.
Kementan, 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia
Tabbu, CR. 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal dan Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.