Heartwater adalah penyakit yang disebabkan oleh Cowdria ruminantum, dan ditularkan melalui caplak. Gejala akut ditandai dengan demam tinggi, hydropericardium, hydrothorax dan hydroperitonium yang menyerang domba, kambing, sapi dan kerbau.
Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Cowdry pada tahun 1925 saat bertugas di Afrika selatan. Heartwater masih terbatas di negara Afrika yang menyebabkan kerugian pada ternak domba, sapi dan kambing. Penyebaran penyakit tersebut terutama di Afrika Timur dan Selatan. Vektor heartwater antara lain Amblyoma hebraeum, dan species lain dari Amblyoma.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan adalah kerusakan fisik daging, defisiensi protein pada hewan, dan tingginya biaya program kontrol pembasmian caplak.
ETIOLOGI
Heartwater disebabkan oleh golongan Ricketsia yaitu species Cowdria ruminantium. C.ruminantium menyerang sel endothel dari pembuluh darah kapiler, mempunyai bentukan berupa polymorph, coccoid (0,3 µ), batang (0,3-0,5 µ), dan diplococcus. Pewarnaan dengan Giemsa, cytoplasma Rickettsia akan berwama biru tua, sedangkan nucleus berwarna merah muda.
Ricketsia sifatnya sangat labil, dalam darah hanya tahan beberapa jam bila berada dalam temperatur kamar. Dalam temperatur -700C dapat bertahan hidup selama 2 tahun. Diketahui ada beberapa galur C.ruminantium yang secara imunologik berbeda atau dengan kata lain terdapat beberapa serotipe C.ruminantium.
EPIDEMIOLOGI
Spesies rentan
Hewan yang rentan terhadap penyakit ini antara lain sapi, kerbau, kambing, domba dan jungulate liar. Di daerah tempat penyebaran heartwater banyak ditemukan berbagai genus caplak akan tetapi yang bertindak sebagai vektor hanyalah “bont” tick dan Amblyoma sp. saja. Larva caplak yang terinfeksi tetap mengandung bibit penyakit sampai menjadi dewasa, akan tetapi tidak terjadi penularan secara transovarial.
Pengaruh Lingkungan
Biasanya heartwater terjadi selama musim penghujan dimana caplak aktif mencari induk semang terutama domba dan sapi.
Sifat Penyakit
Penyebaran penyakit heartwater hampir ke seluruh wilayah Afrika Selatan dan Afrika Timur. Di daerah ini penyebaran vektor Amblyoma sp sangat sulit dikendalikan, karena caplak Amblyoma sp dewasa dapat hidup 10 bulan tanpa makanan.
Walaupun penularannya tidak begitu cepat (angka morbiditas rendah), namun karena sering mengalami kematian akibat busung air dan kekurusan maka penyakit ini merupakan penyakit penting yang harus diwaspadai. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat enzootik di Benua Afrika.
Cara Penularan
Ternak yang telah terinfeksi bila tidak mati akan rnemiliki kekebalan terhadap galur yang homolog, walau kekebalan ini tidak selalu cukup pada setiap hewan. Bila ternak terinfeksi oleh serotipe yang berbeda kekebalan itu bersifat parsial. Ternak yang memiliki kekebalan di dalam aliran darahnya dan masih mengandung C.ruminantium yang aktif, maka ternak semacam ini masih dapat bertindak sebagai reservoir, dan mampu menularkan penyakit melalui caplak bila mengisap darahnya.
Kerugian ekonomi yang ditimbulkan adalah kerusakan fisik daging, defisiensi protein pada hewan, dan tingginya biaya program kontrol pembasmian caplak.
ETIOLOGI
Heartwater disebabkan oleh golongan Ricketsia yaitu species Cowdria ruminantium. C.ruminantium menyerang sel endothel dari pembuluh darah kapiler, mempunyai bentukan berupa polymorph, coccoid (0,3 µ), batang (0,3-0,5 µ), dan diplococcus. Pewarnaan dengan Giemsa, cytoplasma Rickettsia akan berwama biru tua, sedangkan nucleus berwarna merah muda.
Ricketsia sifatnya sangat labil, dalam darah hanya tahan beberapa jam bila berada dalam temperatur kamar. Dalam temperatur -700C dapat bertahan hidup selama 2 tahun. Diketahui ada beberapa galur C.ruminantium yang secara imunologik berbeda atau dengan kata lain terdapat beberapa serotipe C.ruminantium.
EPIDEMIOLOGI
Spesies rentan
Hewan yang rentan terhadap penyakit ini antara lain sapi, kerbau, kambing, domba dan jungulate liar. Di daerah tempat penyebaran heartwater banyak ditemukan berbagai genus caplak akan tetapi yang bertindak sebagai vektor hanyalah “bont” tick dan Amblyoma sp. saja. Larva caplak yang terinfeksi tetap mengandung bibit penyakit sampai menjadi dewasa, akan tetapi tidak terjadi penularan secara transovarial.
Pengaruh Lingkungan
Biasanya heartwater terjadi selama musim penghujan dimana caplak aktif mencari induk semang terutama domba dan sapi.
Sifat Penyakit
Penyebaran penyakit heartwater hampir ke seluruh wilayah Afrika Selatan dan Afrika Timur. Di daerah ini penyebaran vektor Amblyoma sp sangat sulit dikendalikan, karena caplak Amblyoma sp dewasa dapat hidup 10 bulan tanpa makanan.
Walaupun penularannya tidak begitu cepat (angka morbiditas rendah), namun karena sering mengalami kematian akibat busung air dan kekurusan maka penyakit ini merupakan penyakit penting yang harus diwaspadai. Penyakit ini merupakan penyakit yang bersifat enzootik di Benua Afrika.
Cara Penularan
Ternak yang telah terinfeksi bila tidak mati akan rnemiliki kekebalan terhadap galur yang homolog, walau kekebalan ini tidak selalu cukup pada setiap hewan. Bila ternak terinfeksi oleh serotipe yang berbeda kekebalan itu bersifat parsial. Ternak yang memiliki kekebalan di dalam aliran darahnya dan masih mengandung C.ruminantium yang aktif, maka ternak semacam ini masih dapat bertindak sebagai reservoir, dan mampu menularkan penyakit melalui caplak bila mengisap darahnya.
Anak sapi yang berumur sampai 3 minggu sangat rentan terhadap heartwater, dan dapat dikebalkan dengan cara menyuntikkan serum dari hewan yang terinfeksi. Cara ini banyak dilakukan dl daerah enzootik di Afrika Selatan, yang walaupun kadang-kadang timbul reaksi post-inokulasi akan tetapi tindakan ini jauh lebih menguntungkan dibandingkan dengan kerugian akibat infeksi alam pada anak sapi yang lebih tua.
PENGENALAN PENYAKIT
Gejala Klinis
Gejala klinis yang dapat ditemukan adalah adanya hydrothorax, hydropericardium, oedema paru-paru, limpa membengkak, dan kadang- kadang ditemukan gastroenteritis hemorhagica. Masa inkubasi antara 7-14 hari setelah ternak terinfeksi. Dalam kasus perakut timbuI demam, kolap (collapses) dan mati dalam keadaan konvulsi, disertai pengeluaran lendir berbusa dari hidung dan mulut. Kasus yang akut lebih sering terjadi, dengan gejala demam, makan dan memamah biak masih terus berlangsung untuk beberapa saat, tetapi hewan segera menjadi gelisah dan memperlihatkan gejala-gejala syaraf, berjalan dengan kaku, langkah tinggi dan tidak tetap, berputar, mata terbuka tanpa melihat, dan mulut bergerak seperti sedang mengunyah. Kemudian akan kolaps dalam keadaan konvulsi dan berakhir dengan kematian. Dalam bentuk subakut dan kronik gejala-gejala tersebut nampaknya keadaanya lebih ringan.
Patologi
Hewan yang mati akibat bentuk perakut jarang menunjukkan perubahan pasca-mati. Bentuk akut, hidropericardium tidak selalu terlihat pada domba dan sapi. Selaput lendir mengalami kongesti. oedema paru- paru selalu ditemukan. Ruang pleura dan peritoneum berisi cairan yang berlebihan dengan berbagai hemorrhagi pada lapisan serosa, viscera dan jantung. Limpa dan simpul limfe membesar, terutama pada sapi. Hati membesar dan hemorrhagi, kantong empedu menegang. Pada mukosa usus halus terlihat garis-garis zebra akibat pembendungan pembuluh kapiler.
Diagnosa
Diagnosa didasarkan pada gejala klinis dan perubahan makroskopik. Secara histopatologis akan ditemukan rickesttsia dalam sitoplasma sel endotel.
Diagnosa dilakukan dengan membuktikan adanya rickettsia dalam jaringan tersangka atau dengan jalan membuat postulate Koch pada domba, dengan material yang diambil 2-4 hari setelah timbul gejala klinis hewan yang diduga sakit akan memberikan diagnosa yang paling baik.
Diagnosa Banding
Bluetongue, anthrax, theileriosis acut, tetanus, keracunan strychnine dan hipomagnesemia.
PENGENDALIAN
Pengobatan
Pengobatan dapat dilakukan dengan Terramycin (Tetracycline) secara intra muscular 2 mg/kg berat badan, atau melalui air minum 2-4 hari dengan dosis sebagai berikut :
a. Kambing, 300 mg/hari/12.5 kg berat badan. b. Domba, 200 mg/hari/12.5 kg berat badan
c. Sapi, 200-250 mg/hari/50 kg berat badan
Pencegahan dan Pengendalian Pencegahan dapat dilakukan dengan :
a. Hewan tertular di isolasi dan diobati
b. Dilakukan kontrol terhadap caplak terutama Amblyoma spp. dengan rotasi pengembalaan (rotational grazing).
c. Dilakukan pemeriksaan darah terhadap adanya C.ruminantum sampai 2 bulan berturut-turut (karena dalam masa tersebut C.ruminantum masih infektif dalam tubuh hewan).
Pengendalian caplak sangat bermanfaat dilaksanakan guna mencegah infeksi, umpamanya dengan “dipping” dalam larutan benzene hexachloride. Darah yang infektif dapat digunakan sebagai vaksin untuk di daerah tertular, terutama pada anak sapi sampai umur 3 minggu. Bila timbul reaksi post vaksinal pada anak sapi atau yang dewasa, perlu digunakan antibiotik yang spesifik adalah tetracycline dengan dosis domba 6-8 mg/kg berat badan dan sapi 4-6 mg/kg berat badan. Penggunaan antibiotika lain juga dapat dilakukan seperti terramycine, streptomycin dan sulfonamide akan menghasilkan respon yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 2011. The Merck Veterinary Manual 11th Edition, Merek & CO, Inc Rahway, New Jersey, USA.
Anonim 2004. Bovine Medicine Diseases and Husbandry of Cattle 2nd Edition.
Andrews AH, Blowey RW, Boyd H, Eddy RG Ed. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing Company Australia.
Direktorat Kesehatan Hewan 2002. Manual Penyakit Hewan Mamalia. Direktorat Kesehatan Hewan, Direktorat Bina Produksi Peternakan, Departemen Pertanian RI, Jakarta Indonesia.
Plumb DC 1999. Veterinary Drug Handbook. 3rd Edition. Iowa State University Press Ames.
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJC, Leonard FC and Maghire D 2002. Veterinary Microbiology and Microbial Disease. Blackwell Science Ltd. Blackwell Publishing Company Australia.
Radostids OM and DC Blood 1989. Veterinary Medicine A Text Book of the Disease of Cattle, Sheep, Pigs, Goats and Horses. 7th Edition. Bailiere Tindall. London England.
Smith BP 2002. Large Animal Internal Medicine. Mosby An Affiliate of Elsevier Science, St Louis London Philadelphia Sydney Toronto.
Subronto dan Tjahajati 2008. Ilmu Penyakit Ternak III (Mamalia) Farmakologi Veteriner: Farmakodinami dan Farmakokinesis Farmakologi Klinis. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Indonesia.
Subronto 2008. Ilmu Penyakit Ternak I-b (Mamalia) Penyakit Kulit (Integumentum) Penyakit-penyakit Bakterial, Viral, Klamidial, dan Prion. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Indonesia.
Uilenberg 1981. Heartwater Disease dalam Disease of Cattle in The Tropics, edited by Miodrage Ristic and Ian Me Intyre. Martinus Nijhoff Publishers. London. England