Sinonim : Neurolymphomatosis gallinarum, Polyneuritis, Range Paralysis, Fowl Paralysis
Penyakit Mareks adalah penyakit menular pada ayam yang disebabkan oleh Herpesvirus-2 dari famili Herpesviridae yang ditandai oleh proliferasi dan infiltrasi sel limfosit pada syaraf, organ viseral, mata, kulit dan urat daging.
Penyakit ini menimbulkan kerugian ekonomi yang tidak sedikit. Di Amerika Serikat kerugian ekonomi mencapai 150 juta dolar AS per tahun, sedangkan di Inggris sekitar 7 juta pondsterling, nilai ini merupakan 2,5% dari pendapatan sektor peternakan.
ETIOLOGI
Penyebab penyakit Marek’s adalah virus herpes-2 golongan B dari famili Herpesviridae. Virus berbentuk heksagonal, tidak beramplop dengan berukuran sekitar 85-100 nm sampai 150-170 nm. Asam inti virus berupa DNA berantai ganda (ds DNA).
EPIDEMIOLOGI
1. Sifat Alami Agen
Virus Marek’s dan herpesvirus lainnya tidak memiliki hubungan antigenik, tetapi dapat bereaksi silang antar virus Marek’s ayam dengan herpesvirus kalkun, herpesvirus simpleks, virus Aujezky dan virus bovine rhinotracheitis. Virus Marek’s dapat ditumbuhkan pada bagian kuning telur atau selaput korioalantois telur ayam berembrio (TAB). Pada perbenihan jaringan sel ginjal anak ayam dan embrio itik, virus Marek’s dapat menimbulkan cytopathogenic effect (CPE).
2. Spesies Rentan
Spesies rentan adalah anak ayam berumur kurang dari 3 minggu dan penyakit akan berlangsung selama 3 - 9 minggu. Infeksi buatan dapat terjadi pada itik, kalkun, burung phesant dan unggas lain.
3. Pengaruh Lingkungan
Virus Marek’s masih dapat bertahan hidup selama kurang lebih 50 hari dalam sisik kulit hewan yang terlepas. Virus yang terlepas dari sel akan stabil pada suhu -70°C, tetapi akan kehilangan virulensi pada suhu -20°C. Virulensi virus akan hilang pada pH 5,5 atau lebih rendah, dan pada pH 8,4 atau lebih. Virulensi virus akan hilang pada suhu 37°C selama 18 jam, 56°C selama 30 menit, dan 60°C selama 10 menit. Musim kemarau dan musim hujan tidak langsung mempengaruhi virulensi virus, tetapi dapat memperberat kasus penyakit karena faktor stres.
4. Sifat Penyakit
Sifat penyakit Marek’s sporadik dan dapat mewabah, mortalitas mencapai 60% dengan morbiditas sangat bervariasi. Infeksi virus ini dipengaruhi oleh galur virus, dosis dan jalur infeksi, umur, jenis kelamin, status kekebalan, dan kerentanan genetik ayam. Infeksi subklinis mendorong terjadinya viremia terkait sel yang melibatkan sel makrofag.
Pada hari keenam terjadi infeksi produktif dari sel limfoid pada berbagai organ antara lain timus, bursa fabricius, sumsum tulang dan limpa yang mengakibatkan penekanan kekebalan. Selama minggu kedua setelah infeksi terjadi viremia, sel yang menetap diikuti oleh pelipat gandaan sel limfoblastoid T, dan seminggu kemudian mulai terjadi kematian.
Infeksi virus Marek’s secara in vivo dapat dibedakan menjadi 4 (empat) fase, yaitu fase pertama infeksi restriktif (produktif awal yang menimbulkan perubahan degeneratif), fase kedua infeksi laten, fase ketiga infeksi sitolitik yang bersamaan dengan timbulnya imunnosupresi yang permanen, dan fase keempat infeksi proliferatif yang melibatkan sel-sel limfoid yang mengalami infeksi nonproduktif, yang mungkin ataupun tidak mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi limfoma.
5. Cara Penularan
Sumber penularan penyakit Marek’s adalah epitel yang mengandung virus herpes terutama dari sisik kulit kantung bulu. Penularan horisontal terjadi melalui penularan antar hewan sekandang secara kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terjadi apabila epitel yang mengandung virus terisap atau termakan oleh ayam lain. Sementara kontak tidak langsung terjadi apabila virus dalam epitel terdapat pada kotoran, litter atau kumbang (Alphitobius diaperinus) yang termakan oleh ayam. Penularan secara vertikal melalui telur, namun belum pernah dilaporkan.
PENGENALAN PENYAKIT
1. Gejala Klinis
Gejala umum berupa kepucatan, hilang nafsu makan, lemah, diare dan kurus. Gejala klinis yang terlihat pada ayam penderita Marek’s adalah hilangnya keseimbangan tubuh diikuti kelumpuhan pada bentuk klasik (paralisis sebagian atau seluruh kaki dan sayap) dan bilateral. Jika terjadi kelumpuhan spastik (unilateral), maka salah satu kaki direntangkan ke depan dan satu kaki lainnya ke belakang. Selain gejala di atas, ada gejala tortikolis (leher berputar), diare, tumor pada otot dan kulit, serta keratitis berlanjut menjadi kebutaan ditandai dengan adanya lesi okuler (iris berwarna abu-abu gelap). Apabila syaraf vagus terserang, maka akan terlihat gangguan pernapasan. Pada infeksi virus ini dapat terjadi perkembangan ayam yang lambat dan pembesaran hati.
Gambar 1. Gejala klinis ayam berupa penderita Marek’s. a) Neuritis pada
syaraf yang menyebabkan kelumpuhan spastik (unilateral), b dan c) lesi
pada mata.
2. Patologi
Bentuk syaraf
Syaraf yang banyak mengalami perubahan adalah plexus ischiadicus, plexus bronchialis, nervus vagus, nervus mesentericus cranialis dan posterior, serta nervus intercostalis. perubahan tersebut berupa garis melintang samar- samar, syaraf membesar dan bulat, berwarna kelabu kekuningan yang terjadi baik unilateral maupun bilateral.
Bentuk visceral
Kelainan dapat dilihat pada organ tubuh dengan adanya benjolan atau tumor limfoid pada indung telur, limpa, pankreas, ginjal, jantung, paru, proventriculus, iris, otot dan kulit.
Kelainan pada usus dapat menyebar pada beberapa organ. Banyaknya benjolan besar yang terdiri dari benjolan dengan berbagai ukuran. Warna tumor putih kelabu dan bidang sayatan biasanya keras dan kering. Proventriculus yang terserang biasanya menebal dan keras, sedangkan bursa fabrisius dapat membesar, tersebar dan atropi.
3. Diagnosa
Diagnosa berdasarkan gejala klinis, patologi anatomi, serta isolasi dan identifikasi virus. Virus Marek’s diisolasi secara in vivo pada telur ayam berembrio dan in vitro pada biakan sel dan ayam percobaan. Sementara itu identifikasi virus dapat diakukan dengan FAT (Fluorescent antibody test), AGID (Agar gel immuno diffusion), VN (virus neutralisasi), ELISA (Enzym linked immunossorbent assay) dan COFAL test. Pemeriksaan antibodi menggunakan uji Elisa dan SN test.
4. Diagnosa Banding
Penyakit Marek’s sering dikelirukan dengan ND, cacar-difteri, ensefalomalasia, avitaminosis E, dan epidemik tremor. Marek’s paling sering dikelirukan dengan Limfoid Leukosis. Perbedaan antara Marek’s dengan Limfoid Leukosis dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan antara Marek’s Disease dengan Lymphoid Leukosis |
PENGENDALIAN
1. Pengobatan
Sampai saat ini belum ditemukan obat untuk penyakit Marek’s.
2. Pelaporan, Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan
a. Pelaporan
(1) Bila ditemukan penyakit Marek’s dilaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat dan selanjutnya diteruskan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2) Peneguhan diagnosa dilakukan oleh Laboratorium Veteriner terakreditasi.
b. Pencegahan
Penyakit Marek’s dapat dicegah dengan cara melakukan vaksinasi secara ketat dan teratur, manajemen pemeliharaan dan hygiene yang baik, dan hanya memelihara ayam yang berasal dari peternakan bebas Marek’s dan resisten.
Terdapat 3 (tiga) jenis vaksin telah dikembangkan untuk penyakit Marek’s, yang berasal dari virus Marek’s avirulen, virus Marek’s yang dilemahkan dan virus herpes kalkun. Vaksin Marek’s umumnya diberikan pada DOC. Vaksin Marek’s umumnya memberi perlindungan optimal. Namun bila dihubungkan dengan kenyataan bahwa anak ayam kerapkali dipelihara pada kandang yang tercemar dalam satu atau dua hari pasca vaksinasi atau sebelum antibodi hasil vaksinasi terbentuk.
Ketiga serotipe vaksin Marek’s tersebut mampu memberikan perlindungan pada ayam, tetapi kadangkala ditemukan adanya vaccine breaks (kebocoran vaksinasi). Keadaan tersebut mengakibatkan sejumlah
kematian atau kerusakan jaringan/organ sehingga menimbulkan kerugian ekonomi dengan jumlah tertentu. Kebocoran vaksinasi terutama disebabkan oleh proses vaksinasi yang kurang optimal, praktek manajemen yang kurang memadai atau adanya galur virus penyakit Marek’s yang sangat virulen.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1995. Manual Laboratorium Isolasi dan Identifikasi Agen Penyakit Mamalia dan Unggas. Eastern Island Veterinary Service Project dan BPPH VI, Denpasar, Bali.
Anonim 1999. Manual Standar Diagnostic Penyakit Hewan, Direktorat Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperation Agency, Jakarta.
BW Calneri Et al 1991. Diseases of Poultry Iowa State University Press, Ames Iowa, USA.
Fenner, Frank J, Giggs E Paul dkk, 1995. Virologi Veteriner edisi kedua Academic Press Inc. Harcort Brace. Jovanovich, San Diego New York Boston London Sidney Tokyo Toronto
Herendra D 1994. Manual on Meat Inspection for Developing Countries. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome
Kementan, 2014. Manual Penyakit Hewan Unggas
O.I.E., (1996). Normal of Standars for Diagnostic Tests and Vaccines.
Tabbu CR 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal dan Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.