Penyakit Chicken Anemia Syndrome

Sinonim : chicken infectious anemia (CIA), blue wing disease atau anemia dermatitis syndrome (ADS), hemorrhagic syndrome.
A. PENDAHULUAN

Chicken anemia syndrome (CAS) merupakan penyakit viral yang bersifat akut pada ayam muda. Penyakit ditandai adanya anemia aplastika dan atrofi organ limfoid yang mengakibatkasn terjadinya imunosupresif.

Infeksi CAS subklinis menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat nyata sehubungan dengan adanya mortalitas yang tinggi, ganguan pertumbuhan dan peningkatan kepekaan terhadap berbagai penyakit. Berdasar analisis efek ekonomi menunjukkan terjadi penurunan pendapatan bersih sebesar 17,3-19,6% karena berat badan ayam dapat menurun 3,3-3,5% lebih rendah daripada ayam- ayam yang tidak terserang.

B. ETIOLOGI

Chicken anemia syndrome disebabkan oleh Chicken Anemia Agent (CAA), termasuk grup Circovirus. Virus berukuran 18-26,5 nm, tergolong ss-DNA, tidak beramplop dan berbentuk ikosahedral. Virion mempunyai densisitas di dalam cesium chloride (CsCI) bertingkat adalah 1,33-1,37 g/ml. Genom virus memiliki panjang 2319 bp dan mengandung tiga bagian utama open reading frame (ORF) yang saling tumpang tindih, baik sebagian maupun keseluruhan yang terletak pada satu untaian

Gambar 1. Virus CAA.

C. EPIDEMIOLOGI

1. Sifat Alami Agen

Virus Chicken Anemia (CA) resisten terhadap chloroform dan etil ether. Virus stabil pada pH 3, resisten terhadap pemanasan suhu 56°C selama 3 jam,

70°C selama 1 jam, suhu 80°C selama 15-30 menit, dan menjadi inaktif secara lengkap pada suhu 100°C selama 15 menit. Virus yang diinaktivasi dengan aseton 90% selama 24 jam pada suhu kamar tetap hidup setelah disuntikkan pada biakan sel MDCC-MSB1, akan tetapi infektivitasnya segera rusak dengan penambahan fenol 50% selama 5 menit. Virus CA dapat ditumbuhkan secara invitro pada biakan sel dan invivo pada telur ayam berembrio disamping itu dapat juga ditularkan pada ayam percobaan .

2. Spesies Rentan

Ayam semua umur dapat terinfeksi oleh CAV terutama ayam muda dengan umur kurang dari dua minggu yang tidak memiliki antibodi maternal. Namun demikian, resistensi terhadap CAV akan meningkat sesuai dengan bertambahnya umur. Selain ayam, CAV juga dapat menyerang unggas lain yaitu burung puyuh yang diketahui dari hasil survei serologis di Jepang.

3. Sifat Penyakit

Tingkat morbiditas penyakit ini tergolong tinggi dan mortalitas dapat mencapai 60% terutama pada flok broiler. Mortalitas yang tinggi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain strain virus yang virulen, dosis dan rute infeksi, adanya infeksi patogen seperti virus Marek’s, retikuloendotheliosis dan IBD,serta bahan kimia yang bersifat imunosupresif, seperti betamethasone atau siklosporin A. Adanya pengaruh imunosupresif sehingga ayam menjadi lebih peka terhadap infeksi sekunder lain.

4. Cara Penularan

Penyakit ini dapat ditularkan secara horizontal maupun vertikal. Meskipun virus cepat menyebar di antara kelompok ayam, tetapi penularan secara vertikal melalui telur merupakan cara penyebaran penyakit yang terpenting. Penularan secara vertikal pada infeksi alami dapat berlangsung selama 3-6 minggu, namun pada infeksi buatan pada telur hanya selama 8-14 hari pasca infeksi. Ayam terserang tidak menunjukkan gejala klinis yang jelas, tetapi terlihat adalah penurunan produksi telur, daya tetas atau fertilitas.

D. PENGENALAN PENYAKIT

1. Gejala Klinis
Pada kasus akut gejala klinis muncul pada ayam umur 7-14 hari, ditandai dengan hambatan pertumbuhan dan anoreksia. Pada bagian muka, pial dan jengger tampak pucat, bulu ayam berdiri disertai dengan terjadinya peningkatan mortalitas ayam sekitar 5-16%, tetapi pernah mencapai 60%. Kepucatan ayam tersebut disebabkan atropi jaringan hematopoietik pada sumsum tulang, perdarahan subkutan dan otot serta atropi pada organ limfoid. Selain itu sering ditemukan gejala berupa lesi fokal pada kulit, terutama sayap, kepala, leher, ekor, dada, abdomen, paha, tibia dan kaki. Lesi dapat berupa perdarahan pada kulit berbentuk echimotik atau kerusakan dengan warna kebiruan yang disebut blue wing disease. Jika disertai infeksi sekunder oleh bakteri biasanya mengeluarkan eksudat serosanguinus yang bening dan encer, sehingga menimbulkan dermatitis gangrenosa.

2. Patologi
Patologi yang paling konsisten adalah di timus, sumsum tulang, limpa dan bursa, kadang-kadang di otot jantung dan hati. Timus dan bursa Fabricious mengalami atropi dari sedang sampai hebat dan sumsum tulang warnanya kuning sampai pucat. Disamping itu terjadi pula perdarahan yang hebat di bawah kulit dan otot serta perdarahan ptekie pada proventrikulus. Hati membengkak dan sangat pucat atau anemis. Selain itu terjadi kepucatan karkas pada umur 7-21 hari pascainfeksi. Perubahan juga terjadi pada sumsum tulang femur menjadi berwarna kekuningan pada 12 pascainfeksi, kemudian kembali normal kemerahan pada 20 hari pascainfeksi. Hati mengalami pembengkakan dan berwarna kekuningan.

3. Diagnosa
Penyakit ini dapat didiagnosa berdasarkan epidemiologis, gejala klinis, patologi, isolasi dan identifikasi agen penyebab. Berbagai uji dapat digunakan seperti uji virus neutralization (VN), Enzyme Linked Immunosorbent Assay (ELISA) menggunakan antibodi monoclonal. Antigen yang terdapat di dalam potongan jaringan dapat dideteksi dengan Indirect Immunoflorescence (IIF) dan Immunoperoxidase (IP) menggunakan antibodi poliklonal, atau Avidin Biotin Peroxidase Complex (ABPC). Teknik yang lebih maju telah dikembangkan pula seperti hybridization in situ dan Polymerase Chain Reaction (PCR).

4. Diagnosa Banding
Ada beberapa penyakit unggas yang gejalanya sangat mirip dengan CAS adalah Inclusion Body Hepatitis (IBH) yang juga menyebabkan anemia, penyakit Marek’s dan IBD menyebabkan atropi jaringan limfoid dengan lesi histologis tipikal, akan tetapi tidak menyebabkan anemia.

E. PENGENDALIAN

1. Pengobatan
Pengobatan dengan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder dapat membantu menurunkan kasus.

2. Pelaporan, Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan
a. Pelaporan
(1) Bila ditemukan CAS dilaporkan kepada Dinas yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan setempat dan selanjutnya diteruskan kepada Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan
(2) Peneguhan diagnosa dilakukan oleh Laboratorium Veteriner terakreditasi.

b. Pencegahan
Pencegahan dilakukan dengan cara vaksinasi, paling efektif adalah melakukannya pada breeder yaitu umur 18 minggu agar keturunannya memiliki antibodi maternal yang dapat melindunginya dari serangan CAS sampai pada umur 6 minggu. Vaksinasi dapat dilakukan dengan vaksin inaktif atau vaksin akfif yang telah dilemahkan (atenuated live vaccine). Anak ayam umur 1 hari yang diinfeksi dengan CAS, respon antibodi sangat jelek. Antibodi tidak dapat dideteksi sampai 3 minggu pasca infeksi. Titer antibodi baru meningkat dari titer 1 : 80 meningkat menjadi 1 : 320 setelah 4 minggu. Pembentukan antibodi humoral tertunda kira- kira 1 minggu apabila ayam diinfeksi peroral.


F. DAFTAR PUSTAKA

Allan GM, JA Smyth, U Todd, and MS McNulty 1993. In Situ Hybridization For The Detection Of Chicken Anemia Virus In Formalin-Fixed, Paraffin- Embedded Sections., Avian Dis 37:177-182.

Bulow VV 1991. Infectious Anemia. In disease of poultry, 9th. Iowa, USA 690- 699

Cooper MD, CL Chen, RP Bucy, and CB Thompson 1991. Avian T Cell Ontogeny. Adv. New York 262-265.

Farkas T, K Maeda, H Sugiura, K Kai, K Hirai, K Otsuki and T Hayashi 1998. A serogical survey of chickens, Japanese quail, pigeons, ducks and crow for antibodies to chicken anaemia virus (CAV) in Japan. Avian Pathol . 27 : 316-320.

Goodwin, MAJ Brown, MA Smeltzer, T Girshick, SL Miller, and TG Dickson 1992. Relationship Of Common Avian Pathogen Antibody Titers In So- Called Chicken Anemia Agent Antibody-Positive Chicks To Titers In CAA Antibody Negative Chicks. Avian Dis 36:356-358.

McNulty MS, SG Mcllroy, DW Bruce, and Todd 1991. Economic Effects Of Subclinical Chicken Anemia Agent Infection In Broiler Chicken. Avian Dis 35:263:268.

Mcllroy SG, MS McNulty, DW Bruce, JA Smyth, EA Goodall, and MJ Alcun 1992. Economic Effects Of Clinical Chicken Anemia Agent Infection On Profitable Broiler Production. Avian Dis 36:566-574.

Noteborn MHM, CAJ Verschueren, DJ Van Roozelaar, S Veldkamp, AJ Van der Eb, and GF De Boer 1992. Detection Of Chicken Anemia Virus By DNA Hybridization And Polymerase Chain Reaction. Avian Pathol 21:107- 11$.

Rogers B, LC Alpert, EAS Hine, and GJ Buffone 1990. Analysis Of DNA In Fresh And Fixed Tissue By The Polymerase Chain Reaction. Am. J. Pathol 136:541-548.

Rosenbergen JK, and SS Cloud 1989. The Isolation And Characterization Of Chicken Anemia Agent (CAA) From Broilers In The United State. Avian Dis 33:707-713.

Saiki RK, S Schraf, F Fallona, KB Mullis, GT Horn, HA Erlich, and N Arnhein 1985. Enzymatic Amplification Of Beta Globulin Genomic

Shibata DK, N Arnheim, and WJ Martin 1988. Detection Of Human Papiloma Virus In Paraffin Embedded Tissue Using The Polymerase Chain Reaction. J. Exp. Med 167:225:230.

Smyth JA, PA Moffet, MS McNulty, D Todd, and DP Mackie 1993. A Squential Histopathologic And Immunocytochemical Study Of Chicken Anemia Virus Infection At One Day Of Age. Avian Dis 37:324-338.

Taniguchi T, N Yuasa, M Maeda, and T Horiuchi. 1983. Chronological Observation On Hematopathological Changes In Chicks Inoculated With Chicken Anemia Agent. Nat. Inst.Anim.Hlth Q Tokyo 23:12.

Taylor SP 1992. The Effect Of Acetone On The Viability Of Chicken Anemia Agent. Avian Di 36:753-754.

Tham KM, and WL Stanislawek 1992. Polymerase Chain Reaction Amplification For Direct Detection Of Chicken Anemia Virus DNA In Tissue And Sera. Avian Dis 36:1000-1006.

Todd DJL, Creelan and MS McNulty 1991. Dot-Blot Hybridization Assay For Chicken Anemia Agent Using A Cloned DNA Probe. J. CIin.Microbiol 29:933-939.

Vielitz E, and H Landgraf 1988. Anemia Dermatitis Of Broiler : Field Observations On Its Occurance Transmission And Prevention. Avian pathol 17:113-120.

Yuasa N, K Imai, and K Nakamura 1988. Pathogenicity Of Chicken Anemia Agent In Bursectomized Chickens. Avian Pathol 17:363-369.

Tabbu CR 2000. Penyakit ayam dan Penanggulangannya. Penyakit Bakterial, Mikal dan Viral. Volume 1. Penerbit kanisius, Yogyakarta.