Sinonim: Kudis menular, Budug, Mange, Colak
A. PENDAHULUAN
Demodecosis merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh sejumlah parasit eksternak/tungau dari genus Demodex. Penyakit ini dapat menyerang berbagai hewan antara lain anjing, kucing, sapi, kambing, domba, babi dan kuda, kecuali unggas. Kasus demodecosis juga dilaporkan pada menyerang manusia. Tungau Demodex sp hidup dalam folikel rambut dan kelenjar sebaseus dengan memakan sebum, serta debris (runtuhan sel) epidermis. Umumnya anjing yang terserang akan mengalami kerontokan rambut di daerah tetentu, seperti di sekitar mata, mulut, leher, dan siku kaki depan, yang diikuti dengan munculnya tonjolan- tonjolan pada kulit yang berwarna kemerahan. Demodekosis dikenal juga dengan nama Red mange, Follicular mange, or Puppy mange sedangkan pada manusia penyakit ini disebut sebagai “Black Heads”.
B. ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh sejenis tungau yang disebut Demodex sp., berbentuk seperti cerutu atau wortel, mempunyai 4 pasang kaki yang pendek dan gemuk serta memiliki 3 ruas. Bagian perutnya terbungkus kitin dan bergaris melintang menyerupai cincin serta memipih ke arah caudal. Ukuran tungau bervariasi antara 0,2 – 0,4 mm.
Beberapa spesies tungau memiliki inang spesifik, seperti demodecosis pada sapi pada sapi disebabkan oleh D.bovis, pada anjing oleh D.canis, D.cornei dan D.injai. Pada kucing disebabkan oleh D.cati dan D.gatoi, pada kambing oleh D.caprae, D.criceti pada marmot, D.phylloides pada babii pada kuda dan D.folliculorum pada manusia.
Tungau demodex hidup di dalam kelenjar minyak dan kelenjar keringat (glandula sebacea) dan memakan epitel serta cairan limfe dari beberapa hewan, kecuali unggas. Dalam kondisi tertentu tungau demodek dapat menginfestasi manusia.
C. EPIDEMIOLOGI
1. Siklus Hidup
Seluruh siklus hidup demodec sp berlangsung pada tubuh inangnya selama 20-35 hari, yang terdiri dari telur, larva, nimfa dan dewasa di dalam folikel rambut atau kelenjar keringat. Tungau jantan terdistribusi pada permukaan kulit, sedangkan tungau betina meletakkan 40-90 telur yang berbentuk simpul (spindel shape) di dalam folikel rambut. Larva dan nimfa terbawa oleh aliran cairan kelenjar ke muara folikel. Dilokasi inilah, tungau dewasa kawin. Telur akan menetas menjadi larva berkaki enam dalam waktu 1-5 hari, lalu berkembang menjadi nimfa yang berkaki delapan, kemudian menjadi dewasa. Waktu yang diperlukan sejak dari telur sampai menjadi dewasa adalah antara 11-16 hari.
2. Sifat Alami Agen
Tungau Demodec sp memiliki daya tahan hidup yang sangat baik, bahkan diluar inang dengan kondisi lingkungan yang lembab dilaporkan mampu bertahan hidup selama berhari-hari. Perbedaan morfologi tungau yang berasal dari satu inang dan inang lainnya sulit dibedakan walaupun disebutkan sebagai spesies yang berbeda.
Gambar 1. Demodex sp |
Semua hewan mamalia rentan terhadap penyakit ini, antara lain anjing, kucing, kambing, domba, babi, kuda, sapi, kerbau, marmot, kelinci dan manusia.
4. Sifat Penyakit
Penyakit umumnya bersifat endemis bersifat endemis.
5. Cara Penularan
Penularan melalui kontak langsung antara penderita dengan hewan sehat
D. PENGENALAN PENYAKIT
1. Gejala Klinis
Gejala klinis yang tampak pada kulit berupa alopecia (kebotakan), kemerahan, dan kulit mejadi berkerak. Pada tahap yang lebih lanjut, dapat terjadi demodecosis general disertai dengan peradangan dan infeksi sekunder oleh bakteri. Lapisan kulit yang terinfeksi terasa lebih berminyak saat disentuh.
Tungau sangat menyukai bagian tubuh yang kurang lebat bulunya, seperti moncong hidung dan mulut, sekitar mata, telinga, bagian bawah badan, pangkal ekor, leher sepanjang punggung dan kaki. Rasa gatal yang ditandai dengan hewan selalu mengaruk dan menggosokkan badannya pada benda lain atau menggigit bagian tubuh yang gatal, sehingga terjadi iritasi pada bagian yang gatal berupa luka/lecet, kemudian terjadi infeksi sekunder sehingga timbul abses, sering luka mengeluarkan cairan (eksudat) yang kemudian mengering dan menggumpal dan membentuk kerak pada permukaan kulit.
2. Patologi
Tidak ada tanda yang khas pada perubahan anatomi, selain adanya perubahan/lesi pada kulit seperti tersebut di atas.
3. Diagnosa
Diagnosa berdasarkan gejala klinis dan pemeriksaan laboratorium untuk mengidentifikasi adanya tungau Demodex sp.
4. Diagnosa Banding
a. Folikulitis/furunkulosis akibat bakteri, dermatophytosis, pemphigus kompleks, dermatitis kontak, dermatomiositis, dan lupus erytrematous kompleks.
b. Dermatitis yang disebabkan oleh jamur atau Scabies .
E. PENGENDALIAN
1. Pengobatan
Pengobatan pada demodecosis bergantung pada tingkat keparahan kasus yang terjadi. Pengobatan yang diberikan memerlukan waktu yang lama dan harus dipantau secara berkala selama 4-6 minggu, untuk memastikan populasi Demodex kembali normal. Pemeriksaan skin scrap perlu dilakukan dengan interval 2 minggu, jika hasil pemeriksaan menunjukkan tidak ditemukannya Demodex pada 2 kali pemeriksaan, maka hewan tersebut dapat dikatakan sudah sembuh, dan pengobatan dapat dihentikan.
Pengobatan pada demodecosis lokal dapat dilakukan dengan memberikan salep yang mengandung 1 % rotenone (goodwinol ointment) maupun gel benzoyl peroxide 5 % yang diaplikasikan sekali sehari setiap hari selama 1-3 minggu. Selain itu, pengobatan harus disertai dengan memandikan hewan dan melakukan pemberian shampoo yang mengandung antiseboroik (benzoyl peroxide) secara berkala minimal semingu sekali.
Selanjutnya dapat memberikan amitraz yang diencerkan dengan konsentrasi 0,1 % pada area alopecia sehari sekali selama dua minggu. Pemberian amitraz dilakukan bila demodecosis sudah menyeluruh dan tanpa disertai komplikasi. Untuk mengurangi efek samping dari amitraz dapat menggunakan yohimbin dengan dosis 0,25 ml/10 kg BB secara intravena perlahan-lahan.
Pengobatan secara individual, beberapa obat dapat dipakai, antara lain Benzoas Bensilikus 10 % dioleskan pada bagian kulit yang luka, BHC 0,05 %, Coumaphos 0,05-0,1 % dengan cara disemprotkan atau merendam pada seluruh badan, Coumaphos salep 1-2 %. Sedangkan akarisida misalnya ivermectin dengan dosis 200 g/kg bb diberikan secara subcutan atau amitraz sebagai obat luar.
2. Pencegahan, Pengendalian dan Pemberantasan
Tindakan pencegahan dan pengendalian dapat dilakukan dengan menghindari terjadinya kontak antara hewan sehat dengan hewan sakit, serta menjaga kebersihan kandang dan lingkungannya.
F. DAFTAR PUSTAKA
Anonim 1981. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid 1- 5. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonim 1999. Manual Standart Diagnostik Penyakit Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperation Agency (JICA).
Anonim 1979. The Merck Veterinary Manual. A Handbook of Diagnosis and Therapy for the Veterinarian. USA.
Bunawan A 2009. Demodecosis pada Anjing. http://www.pietklinik.com/wmview. php?ArtID=34
Anonim 1981. Pedoman Pengendalian Penyakit Hewan Menular. Jilid 1- 5. Direktorat Kesehatan Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan. Departemen Pertanian. Jakarta.
Anonim 1999. Manual Standart Diagnostik Penyakit Hewan. Direktorat Jenderal Peternakan dan Japan International Cooperation Agency (JICA).
Anonim 1979. The Merck Veterinary Manual. A Handbook of Diagnosis and Therapy for the Veterinarian. USA.
Bunawan A 2009. Demodecosis pada Anjing. http://www.pietklinik.com/wmview. php?ArtID=34
Desch CEA, Hillier 2003. Demodex injai : A New Species of Hair Follicle Mite (Acari : Demodecidae) from the Domestic Dog (Canidae). Abstract. J. Med. Entomol. 40(2) : 146-149.
Dharma DMN, Putra AAG 1997 : Penyidikan Penyakit Hewan. Buku Pegangan. BPPH Wilayah VI Denpasar. Bali.
Dharma DMN, Putra AAG 1997 : Penyidikan Penyakit Hewan. Buku Pegangan. BPPH Wilayah VI Denpasar. Bali.
Kementan, 2014. Manual Penyakit Hewan Mamalia
Shipstone M, 2000. Generalised Demodecosis in Dogs, Clinical Perspective. Aus. Vet. J. Vol. 78 (4) : 240-242.
Soulby EJL 1974: Helminth, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal. 6th Edition. London.
Paradis M. 1999. New Approaches to the Treatment of Canine Demodecosis. Veterinary Clinics of North America : Small Animal Practice
Zivienjak T. 2005. A Retrospective Evaluation of Efficacy in Therapy for Generalized Canine Demodecosis. Veterinarski Archiv. 75 (4) : 303-305
Soulby EJL 1974: Helminth, Arthropods and Protozoa of Domesticated Animal. 6th Edition. London.
Paradis M. 1999. New Approaches to the Treatment of Canine Demodecosis. Veterinary Clinics of North America : Small Animal Practice
Zivienjak T. 2005. A Retrospective Evaluation of Efficacy in Therapy for Generalized Canine Demodecosis. Veterinarski Archiv. 75 (4) : 303-305